Petani dan Nelayan, Harus Berpola Pikir Pengusaha--
Di negeri kita, petani dan nelayan sering diidentikkan dengan
kemiskinan. Ya karena memang sejauh ini hanya beberapa persen saja para
petani dan nelayan yang berhasil dalam mengembangkan pertaniannya,
sehingga mampu mengangkat roda perekonomian keluarganya, tetapi belum
menjadi kekuatan perekonomian yang mampu menggerakkan perekonomian
secara merata di pedesaan. Hal ini sangat kontradiktif dengan para
petani di luar negeri atau negara maju. Para petani dan nelayan layaknya
seorang pengusaha dimana sektor pertanian dan perikanan mampu bersaing
dengan industri. Para tuan tanah identik dengan seorang pengusaha, para
nelayan adalah pengusaha ekspor. Mereka mempunyai karyawan, menggunakan
alat pertanian dan pelayaran yang canggih jauh dari kesan tradisional,
bahkan mampu membangun kekuatan perekonomian dari wilayah pedesaannya.
Jika kita melihat perbandingan tersebut, selayaknyalah kita berpikir mengapa mereka bisa demikian? Mengapa sektor pertanian dan perikanan kita tertinggal, sebaliknya mereka bisa maju hingga selevel dengan sektor industri. Inilah yang harus dijawab oleh bangsa kita. Di Negara manapun sektor pertanian adalah fondasi ekonomi yang akan menjadi tolak ukur berkembangnya berbagai sector. Jika sector pertanian suatu Negara dapat diandalkan, maka Negara tersebut akan tumbuh maju dengan stabil, kuat, dan terus maju mengarah pada perkembangan.
Sektor pertanian akan menjamin kebutuhan primer semua masyarakat. Bayangkan di suatu Negara dimana stok kebutuhan akan beras selalu melimpah, para petani bisa mengekspor hasil pertanian dan perikanan ke Negara lain. Tentu desa akan diibaratkan dengan ibukota. Orang akan berpikir seribu kali untuk melakukan urbanisasi ke ibukota jika memang lapangan pekerjaan di pedesaan melimpah. Andai hasil pertanian dan perikanan mereka bisa menjamin keberlangsungan hidup di pedesaan. Marilah kita bayangkan andai seluruh pelosok negeri ini dari Sabang sampai Merauke semunya maju seperti halnya Jakarta. Yakinlah bahwa bangsa kita akan Maju dengan pesatnya sesuai dengan potensi daerahnya masing-masing. Yakinlah bahwa Negara kita akan menjadi bangsa yang kuat dan disegani karena kemajuannya sebagai bangsa yang mandiri, bangsa yang kuat dan berkualitas.
Saatnya para petani dan nelayan untuk memiliki pola pikir sebagai pengusaha
1. Petani dan Nelayan adalah pengusaha
Jika
anda adalah seorang petani yang menggarap sebidang tanah di pedesaan,
maka anda sebetulnya adalah seorang pengusaha. Jika anda tinggal di
pantai dengan pekerjaan setiap hari menangkap ikan, maka anda sebetulnya
juga adalah para pengusaha. Mengapa? Tengoklah di ibukota atau di
pasar-pasar baik yang modern maupun tradisional dimana beras, daging,
ikan dan sayuran adalah komoditas yang sangat dibutuhkan sejajar dengan
hasil industry seperti sepatu, kosmetik, dan baju bahkan mungkin lebih
berharga dari kebutuhan lainnya. Jika beras dan ikan bisa dihasilkan
oleh petani dan nelayan, maka baju dan sepatu pun sama dihasilkan oleh
pengusaha industry. Artinya petani dan pengusaha industry kedudukannya
sama. Ya sama-sama menghasilkan produk. Perbedaannya kalau pengusaha
memasarkan langsung sampai keuntungannya berlipat, berbeda dengan petani
yang keuntungannya minim akibat disedot oleh tengkulak. Mari kita
bandingkan pula dari segi ke-urgenan-nya. Mana yang lebih urgen? Jelas
kebutuhan primer seperti beras dan ikan akan lebih penting dari sepatu
dan baju.
Beras dan Ikan adalah produk dari pedesaan? Pertanyaannya mengapa orang lebih memilih melakukan urbanisasi dengan menjadi buruh atau karyawan di ibukota? Bukankan ujung-ujungnya hasil dari bekerja adalah untuk membeli nasi, daging, ikan dan sayuran. Padahal, di desanya mereka memiliki tanah yang berhektar-hektar sebagai lahan pertanian.
Disinilah perlunya wawasan dan pentingnya jiwa pengusaha dalam diri para petani. Dalam jiwa petani harus berkembang kepercayaan diri bahwa petani adalah pengusaha. Dimana seorang pengusaha tidakalah hanya membuat produk, tetapi mereka memikirkan semuanya baik itu dari segi managemen, produksi, pemasaran dan pengembangan. Sudah saatnya seorang petani tidak hanya bisa mencangkul dan memanen padi dan seorang nelayan tidak hanya menangkap ikan. Tetapi mereka memikirkan bagaimana melakukan pengolahan, pengemasan dan pemasaran sehingga hasil dari sektor tersebut menjadi lebih berharga dan bisa bersaing dengan produk yang lainnya. Para petani dan nelayan adalah pengusaha yang mampu mengembangkan produknya secara mandiri.
2. Sudah saatnya para petani melepaskan diri dari kaum tengkulak
Tantangan
pertama dari seorang petani dan nelayan adalah jeratan dari para
tengkulak. Kaum ini adalah mereka yang meraup keuntungan dari hasil
keringat para petani dan nelayan dengan mengiming-iming pinjaman jangka
panjang. Akibatnya petani dan nelayan tidak berdaya dalam menentukan
harga jual mereka. Ini adalah permasalahan serius. Tidak masuk akal jika
harga di pasaran dimana harga beras dan ikan melambung tinggi, padahal
dari para petani dan nelayan harga beras dan ikan sangat murah.
Hasilnya, petani dan nelayan tetap miskin meskipun mereka menghasilkan
berton beras dan ikan setiap bulannya.
Sudah saatnya para petani dan nelayan melepaskan diri dari para tengkulak. Petani dan nelayan harus bisa berdiri sendiri dimanapun, sekuat tenaga membangun pola produksi meskipun terasa berat. Sudah saatnya para petani membentuk kekuatan secara bersama-sama dalam basis ekonomi kerakyatan yang mengelola sumberdaya alam bersama-sama untuk meningkatkan perekonomian bersama-sama pula secara merata.
3. Peran Pemerintah dan Kaum Intelektual Mengedukasi Para Petani
Berbeda
dengan Negara maju dimana para petani yang umumnya adalah seorang
sarjana. Di negeri kita petani kebanyakan adalah masyarakat biasa yang
hanya mengandalkan alam yang subur tetapi tidak bisa mengelolanya dengan
baik. Ini adalah tanggung jawab bersama terutama pemerintah untuk
mengedukasi petani dan nelayan. Dengan pengetahuan baik diharapkan para
petani mampu menyadari akan potensi yang ada pada diri dan alamnya
sehingga petani tidak hanya menggarap tetapi bisa memanagemen hasil
pertanian sehingga mampu mengangkat ekonomi mereka secara keseluruhan.
Upaya-upaya tersebut memang tidak bisa diterapkan secara instan tetapi perlunya dukungan dari berbagai pihak. Selain pemerintah, dibutuhkan pula para relawan yang mana mereka adalah para intelektual dari berbagai latar pendidikan guna menerapakan berbagai teknik dan pola pikir. Sebab dalam suatu pekerjaan petani membutuhkan berbagai teknik seperti bagaimana menggunakan teknik pengairan, pembibitan, menyediaan atau pembuatan pupuk yang berkualitas, bagaimana mengatasi hama, bagaimana mengolah hasil pertanian, hingga bagaimana memasarkan hasil produknya hingga tidak dijual secara murah. Berbagai teknik tersebut tidak hanya bisa dipercayakan kepada ahli marketing atau ahli managemen tetapi perlu pula dukungan dari para insinyur teknik dalam upaya meningkatkan produksi yang unggul. Dengan demikian, hasil panen bisa dirasakan dan mampu bersaing dengan produk inpor yang terus membanjiri Negara kita.
Desa harus bisa menjadi ciri khas dari negeri kita yakni sebagai bangsa agraris dan maritim. Kekayaan alam bisa kita nikmati sebagaimana yang tercantum dalam konstitusi, jika para petani dan nelayan bisa memanfaatkan sumberdaya alam secara cermat dan professional, sehingga kita tidak terlalu mengandalkan tenaga ahli dari luar negeri, tidak mengandalkan investasi yang sebetulnya merusak dan merugikan bangsa kita sendiri, tetapi yang kita inginkan adalah dimana bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya benar-benar dinikmati oleh rakyat Indonesia. Desa, baik di kawasan pesawahan, hutan, maupun di pesisir kedepannya menjadi basis kekuatan ekonomi di Negara kita ini yang selanjutnya akan mendorong melesatkan sector yang lainnya. Jika urusan pangan telah teratasi yakinlah bangsa kita tidak akan berputar-putar dalam menghadapi permsalahan yang dari tahun ke tahun hanya itu-itu saja, ekonomi dan kemiskinan. Mudah-mudahan dengan majunya para petani dan nelayan, bisa memeratakan pembangunan yang menyeluruh di seluruh nusantara ini.